Resensi Buku: Why?
WHY?
The deeper history behind the September 11th terorist attack on America
Oleh J.W. Smith
Buku yang ditulis oleh J.W Smith, seorang Ph.D dalam bidang ekonomi politik, berisi tentang sebuah kajian mendalam tentang alasan sebenarnya mengapa ‘teroris’ menyerang Amerika, negara adidaya satu-satunya di dunia. Buku setebal 197 halaman ini berisi sepuluh bab yang berusaha mengeksplorasi secara luas tentang sejarah konflik dunia hingga pada akhirnya terjadi penyerangan kelompok teroris terhahadap pusat ekonomi Amerika (WTC) pada tanggal 11 September 2001.
Di bab I, Smith menjelaskan tentang sejarah panjang peperangan antara Timur (Muslim) dan Barat (Kristen), lebih dari 1300 tahun, yang pada akhirnya dimenangkan oleh Barat. Kemenangan ini juga menandai awal mula usaha Barat untuk menguasai wilayah Timur (Timur Tengah dan sekitarnya) yang kaya akan sumber daya alam, terutama minyak, dan juga Afrika, demi untuk menjalankan roda ekonomi dunia Barat (Amerika dan Eropa). Kemenangan ini membuat proses penghancuran dengan kekerasan (plunder-by-raids) berubah menjadi penghacuran dengan perdagangan (plunder-by-trade) sebagaimana dijelaskan didalam bab-bab berikutnya (bab 2,3,4,5,6). Amerika yang menjadi pewaris tunggal tongkat estafet imperialisme dunia berusaha keras untuk menancapkan pengaruhnya dalam segala bidang, terutama dalam bidang ekonomi dan politik. Setelah menolak penerapan filsafat perdagangan bebas Adam Smith yang penuh tipu muslihat dan menerapkan filsafat perlindungan Friedrich List untuk kemajuan industri dan pasarnya, Amerika menyebarkan propaganda tentang kehebatan dan keuntungan fisafat perdagangan bebas Adam Smith kepada negara-negara lemah yang kaya akan sumber daya alam demi untuk memuaskan ketamakannya (bab 2). Seperti dijelaskan didalam buku ini, filsafat dan kebijakan perdagangan bebas Adam Smith jelas-jelas berusaha untuk memperendah pemasukan devisa negara-negara lemah tapi kaya sumber daya alam sehingga kekayaan yang ada ini bisa dinikmati oleh negara-negara kaya tapi miskin sumber daya alam (Amerika, Eropa). Jadi, pihak manapun yang ingin menerapkan filsafat Adam Smith, ia (negara tersebut) secara tidak langsung menyerahkan begitu saja kekayaannya kepada pusat-pusat imperialis (Amerika dan Eropa). Inilah kemudian yang dikenal dengan proses plunder by trade, penghancuran pusat-pusat kekayaan dengan tipu muslihat perdagangan yang mengakibatkan negara-negara yang kaya akan sumber daya alam menjadi semakin miskin dan negara-negara yang miskin akan sumber daya alam menjadi semakin kaya.
Dalam usahanya menerapkan filsafat Adam Smith ini, Amerika, melalui CIA dan juga badan-badan intelejen lain yang dimilikinya, telah melakukan berbagai cara seperti pembodohan intelektual dan disinformasi di dalam negerinya sendiri maupun luar negeri (bab 3), destabilisasi kehidupan demokrasi di negara-negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam (negara-negara di Afrika dan negara-negara di Asia seperti Indonesia, Vietnam, Korea, Cina) dan juga usaha-usaha lain untuk menjaga supaya bekas negara-negara jajahan ini tetap berada didalam kontrol negara-negara imperialis (bab 4). Selain itu, destabilisasi negara-negara Eropa Timur yang begitu mapan dalam memenuhi kebutuhan penduduknya baik dalam masalah pangan, papan, kesehatan, maupun pendidikan, seperti Uni Soviet dan Yugoslavia, dalam bentuk perang dingin juga menjadi bagian dari usaha Amerika untuk menguasai seluruh kekayaan yang ada di dunia (bab 5 dan 6). Penyerangan terhadap Afghanistan dan Iraq yang baru saja dilakukan oleh Amerika juga menjadi bagian dari usaha penguasaan kekayaan alam dunia demi untuk menjalankan roda ekonomi dan kepuasan pribadi Amerika.
Usaha-usaha yang dilakukan oleh Amerika ini telah menimbulkan perlawanan dan penolakan dari mereka yang merasa dijajah kembali. Kelompok inilah kemudian yang berusaha untuk men-destabilisasikan kehidupan ekonomi dan politik di Amerika. Para ‘freedom fighters’ yang dididik oleh CIA untuk men-destabilisasikan Uni Soviet melalui Afghanistan, berbalik menyerang kepentingan dan keamanan nasional Amerika dan karenanya orang yang sama ini disebut sebagai ‘terorists’.
Di bab 7 dan 8, J.W. Smith menjelaskan tentang ketidaksamaan hak dan standar ganda penerapan hukum yang ada didunia serta tentang keharusan untuk menerapkan dan mempraktekkan persamaan hak dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Disinformasi yang terjadi selama ini juga ditentang oleh J.W. Smith dalam bab 9 sehingga setiap orang akan bisa mendapatkan kesempatan untuk menerima informasi yang sebenarnya tanpa harus ada manipulasi dan penipuan.
Dalam bab 10 yang berisi tentang kesimpulan, J.W. Smith memberikan tawaran solusi terhadap permasalahan yang dialami oleh mereka yang tinggal di resource-wealthy poor nations. Secara singkat bisa dikatakan bahwa, menurut J.W. Smith, dengan memberikan hak penuh terhadap semua orang, maka permasalahan yang saat ini sedang dihadapi oleh dunia, seperti terorisme yang sekarang ini menjadi momok disemua komunitas, akan bisa hilang dengan sendirinya. Selama mereka tidak diberikan hak seperti semestinya, maka permasalahan ketimpangan yang terjadi yang menimpa dunia saat ini tidak akan pernah bisa hilang. Dalam alinea terakhir buku ini, dia menuliskan “World peace is not complicated. All that is necessary is that powerful nations “Be what they say they ara and do wha tthey say they do.”
Ditulis dengan bahasa yang lugas dan jelas serta isi yang cukup gamblang, buku ini sangat berguna bagi siapa saja, baik mahasiswa ilmu politik dan ekonomi serta kalangan intelektual lainnya dan juga pemerhati permasalahan yang menimpa dunia saat ini, terutama masalah ekonomi, politik, terorisme dan juga tentang dominasi negara-negara imperialis terhadap negara-negara miskin tetapi kaya akan sumber daya alam. Selain itu, setelah mengetahui kebobrokan dan tipu muslihat yang dilakukan oleh negara-negara imperialis yang sampai saat ini masih tetap ingin menancapkan kuku-kuku kekuasaannya, buku ini juga bisa dijadikan sebagai kerangka dasar pemikiran bagi penyelesaian permasalahan yang menimpa negara kita saat ini.
The deeper history behind the September 11th terorist attack on America
Oleh J.W. Smith
Buku yang ditulis oleh J.W Smith, seorang Ph.D dalam bidang ekonomi politik, berisi tentang sebuah kajian mendalam tentang alasan sebenarnya mengapa ‘teroris’ menyerang Amerika, negara adidaya satu-satunya di dunia. Buku setebal 197 halaman ini berisi sepuluh bab yang berusaha mengeksplorasi secara luas tentang sejarah konflik dunia hingga pada akhirnya terjadi penyerangan kelompok teroris terhahadap pusat ekonomi Amerika (WTC) pada tanggal 11 September 2001.
Di bab I, Smith menjelaskan tentang sejarah panjang peperangan antara Timur (Muslim) dan Barat (Kristen), lebih dari 1300 tahun, yang pada akhirnya dimenangkan oleh Barat. Kemenangan ini juga menandai awal mula usaha Barat untuk menguasai wilayah Timur (Timur Tengah dan sekitarnya) yang kaya akan sumber daya alam, terutama minyak, dan juga Afrika, demi untuk menjalankan roda ekonomi dunia Barat (Amerika dan Eropa). Kemenangan ini membuat proses penghancuran dengan kekerasan (plunder-by-raids) berubah menjadi penghacuran dengan perdagangan (plunder-by-trade) sebagaimana dijelaskan didalam bab-bab berikutnya (bab 2,3,4,5,6). Amerika yang menjadi pewaris tunggal tongkat estafet imperialisme dunia berusaha keras untuk menancapkan pengaruhnya dalam segala bidang, terutama dalam bidang ekonomi dan politik. Setelah menolak penerapan filsafat perdagangan bebas Adam Smith yang penuh tipu muslihat dan menerapkan filsafat perlindungan Friedrich List untuk kemajuan industri dan pasarnya, Amerika menyebarkan propaganda tentang kehebatan dan keuntungan fisafat perdagangan bebas Adam Smith kepada negara-negara lemah yang kaya akan sumber daya alam demi untuk memuaskan ketamakannya (bab 2). Seperti dijelaskan didalam buku ini, filsafat dan kebijakan perdagangan bebas Adam Smith jelas-jelas berusaha untuk memperendah pemasukan devisa negara-negara lemah tapi kaya sumber daya alam sehingga kekayaan yang ada ini bisa dinikmati oleh negara-negara kaya tapi miskin sumber daya alam (Amerika, Eropa). Jadi, pihak manapun yang ingin menerapkan filsafat Adam Smith, ia (negara tersebut) secara tidak langsung menyerahkan begitu saja kekayaannya kepada pusat-pusat imperialis (Amerika dan Eropa). Inilah kemudian yang dikenal dengan proses plunder by trade, penghancuran pusat-pusat kekayaan dengan tipu muslihat perdagangan yang mengakibatkan negara-negara yang kaya akan sumber daya alam menjadi semakin miskin dan negara-negara yang miskin akan sumber daya alam menjadi semakin kaya.
Dalam usahanya menerapkan filsafat Adam Smith ini, Amerika, melalui CIA dan juga badan-badan intelejen lain yang dimilikinya, telah melakukan berbagai cara seperti pembodohan intelektual dan disinformasi di dalam negerinya sendiri maupun luar negeri (bab 3), destabilisasi kehidupan demokrasi di negara-negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam (negara-negara di Afrika dan negara-negara di Asia seperti Indonesia, Vietnam, Korea, Cina) dan juga usaha-usaha lain untuk menjaga supaya bekas negara-negara jajahan ini tetap berada didalam kontrol negara-negara imperialis (bab 4). Selain itu, destabilisasi negara-negara Eropa Timur yang begitu mapan dalam memenuhi kebutuhan penduduknya baik dalam masalah pangan, papan, kesehatan, maupun pendidikan, seperti Uni Soviet dan Yugoslavia, dalam bentuk perang dingin juga menjadi bagian dari usaha Amerika untuk menguasai seluruh kekayaan yang ada di dunia (bab 5 dan 6). Penyerangan terhadap Afghanistan dan Iraq yang baru saja dilakukan oleh Amerika juga menjadi bagian dari usaha penguasaan kekayaan alam dunia demi untuk menjalankan roda ekonomi dan kepuasan pribadi Amerika.
Usaha-usaha yang dilakukan oleh Amerika ini telah menimbulkan perlawanan dan penolakan dari mereka yang merasa dijajah kembali. Kelompok inilah kemudian yang berusaha untuk men-destabilisasikan kehidupan ekonomi dan politik di Amerika. Para ‘freedom fighters’ yang dididik oleh CIA untuk men-destabilisasikan Uni Soviet melalui Afghanistan, berbalik menyerang kepentingan dan keamanan nasional Amerika dan karenanya orang yang sama ini disebut sebagai ‘terorists’.
Di bab 7 dan 8, J.W. Smith menjelaskan tentang ketidaksamaan hak dan standar ganda penerapan hukum yang ada didunia serta tentang keharusan untuk menerapkan dan mempraktekkan persamaan hak dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Disinformasi yang terjadi selama ini juga ditentang oleh J.W. Smith dalam bab 9 sehingga setiap orang akan bisa mendapatkan kesempatan untuk menerima informasi yang sebenarnya tanpa harus ada manipulasi dan penipuan.
Dalam bab 10 yang berisi tentang kesimpulan, J.W. Smith memberikan tawaran solusi terhadap permasalahan yang dialami oleh mereka yang tinggal di resource-wealthy poor nations. Secara singkat bisa dikatakan bahwa, menurut J.W. Smith, dengan memberikan hak penuh terhadap semua orang, maka permasalahan yang saat ini sedang dihadapi oleh dunia, seperti terorisme yang sekarang ini menjadi momok disemua komunitas, akan bisa hilang dengan sendirinya. Selama mereka tidak diberikan hak seperti semestinya, maka permasalahan ketimpangan yang terjadi yang menimpa dunia saat ini tidak akan pernah bisa hilang. Dalam alinea terakhir buku ini, dia menuliskan “World peace is not complicated. All that is necessary is that powerful nations “Be what they say they ara and do wha tthey say they do.”
Ditulis dengan bahasa yang lugas dan jelas serta isi yang cukup gamblang, buku ini sangat berguna bagi siapa saja, baik mahasiswa ilmu politik dan ekonomi serta kalangan intelektual lainnya dan juga pemerhati permasalahan yang menimpa dunia saat ini, terutama masalah ekonomi, politik, terorisme dan juga tentang dominasi negara-negara imperialis terhadap negara-negara miskin tetapi kaya akan sumber daya alam. Selain itu, setelah mengetahui kebobrokan dan tipu muslihat yang dilakukan oleh negara-negara imperialis yang sampai saat ini masih tetap ingin menancapkan kuku-kuku kekuasaannya, buku ini juga bisa dijadikan sebagai kerangka dasar pemikiran bagi penyelesaian permasalahan yang menimpa negara kita saat ini.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home for More Stories